Barangkali, dilahirkan dari ayah ibu yang taat beragama, berada di antara keluarga yang juga agamis, serta memiliki sahabat dekat yang selalu setia mengingatkan ibadah, menjadi berkah tersendiri bagi saya.
Di sini, saya akhirnya tahu bahwa tidak sedikit dari orang-orang di sekitar saya yang lahir dan besar di lingkungan yang kurang akan nilai-nilai keagamaan. Alih-alih beribadah dengan rajin, beribadah dengan benar pun mereka acapkali keliru. Ibadah hanya dianggap sebelah mata. Satu dua kali tak apa lah meninggalkan shalat. Quran dibaca seminggu sekali, bahkan mungkin sebulan sekali atau lebih. Lagu-lagu sepertinya lebih enak didengar dan dilafalkan ketimbang shalawatan.
Kalau melihat mereka, rasanya saya bersyukur sekali paling tidak saya tidak sesederhana mereka dalam berfikir tentang konsep ibadah. Tapi, kalau melihat di luar sana, ada jauh lebih banyak lagi orang yang ibadahnya lebih rajin, lebih baik kualitas ibadahnya. Tidak pernah menunda waktu shalatnya, mengaji dengan tajwid yang benar, hatam di waktu yang tepat. Bibirnya selalu basah oleh shalawat. Ah, saya malu. Saya belum seberapa...
Di sini, saya akhirnya tahu bahwa tidak sedikit dari orang-orang di sekitar saya yang lahir dan besar di lingkungan yang kurang akan nilai-nilai keagamaan. Alih-alih beribadah dengan rajin, beribadah dengan benar pun mereka acapkali keliru. Ibadah hanya dianggap sebelah mata. Satu dua kali tak apa lah meninggalkan shalat. Quran dibaca seminggu sekali, bahkan mungkin sebulan sekali atau lebih. Lagu-lagu sepertinya lebih enak didengar dan dilafalkan ketimbang shalawatan.
Kalau melihat mereka, rasanya saya bersyukur sekali paling tidak saya tidak sesederhana mereka dalam berfikir tentang konsep ibadah. Tapi, kalau melihat di luar sana, ada jauh lebih banyak lagi orang yang ibadahnya lebih rajin, lebih baik kualitas ibadahnya. Tidak pernah menunda waktu shalatnya, mengaji dengan tajwid yang benar, hatam di waktu yang tepat. Bibirnya selalu basah oleh shalawat. Ah, saya malu. Saya belum seberapa...
Komentar
Posting Komentar