Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Berharap Rasa Ini Lebih Baik

Saat saya menulis tulisan ini, perasaan saya sedang tidak bersahabat. Sangat. Bahkan saya sudah cukup lelah untuk menangis. . . *sigh Tapi, saya tau, saya tidak boleh terus-terusan seperti ini. Saya butuh dinasehati, saya butuh diingatkan. And here i am, got a book and read some quotes. . . Seseorang yang memiliki tujuan hidup,maka baginya tidak akan ada pertanyaan tentang kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yg menyenangkan darinya, kenapa dia harus dilemparkan lagi ke kesedihan. Baginya semua proses yg dialami, menyakitkan atau menyenangkan, semuanya utk menjemput tujuan itu. Dan dia bertekad menjemput akhir sambil tersenyum.| page 318 Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkannya. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya. | page 213 Kejadian buruk itu datang sesuai takdir

Ketika Ia Mengganti Apa Yang Menjadi Titipan-Nya

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, maka saat itu pintu kebahagiaan lainnya sedang terbuka. Tetapi, sayangnya, kita sering menatap terlalu lama pintu yang telah tertutup itu. Sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah dibukakan utuk kita sebagai gantinya. -Hellen Keller- Quotes dari Madam Hellen Keller menjadi pembuka hari saya pagi ini. Spirit message dari salah satu teman terbaik saya semasa kuliah. Ah, berteman dengan orang-orang baik memang selalu memberikan energi yang positif pada kita :) Sedikit agak menghela nafas ketika saya membaca quotes tersebut. Rasanya seperti tertampar. Perih di pipi tidak seberapa rasanya dibanding syaraf-syaraf di kepala yang sektika menegang. Allahu Rabbi. Bagaimana tidak? Beberapa hari belakangan ini saya sedang merutuk, kesal atas kehilangan sesuatu yang saya miliki. Ya, saya merasa bahagia memiliki. Dan sepertinya saya memiliki ' perasaan memiliki ' yang sungguh terlalu. Jadi, ketika Yang Maha Memiliki mengambil apa yan

Berbesar Hati Memaafkan

Suatu siang, saya yang belum sampai 5 menit terlelap tidur, dikagetkan dengan ringtone handphone -- yang secara tidak sadar tergeletak begitu saja tepat di sebelah kepala saya. "Halo, selamat siang, dengan saudara Maslahatun Nashiha?" Demi mendengar nama saya di panggil dengan begitu lengkapnya, saya langsung terjaga, terduduk untuk kemudian berusaha mengendalikan suara saya agar tidak terdengar seperti orang yang baru bangun tidur. "Maaf Mbak, kami dari jasa pengiriman barang xxx, kami ingin menginformasikan bahwa... bla bla bla bla..." Kalimat selanjutnya tidak saya dengarkan dengan jelas. Rasanya ingin sekali merutuki orang di seberang telfon sana. Sia-sia kendali saya beberapa menit barusan, bukan pembicaraan penting. Tentu saja, penting bagi saya adalah segala sesuatu yang dapat menghasilkan benefit.  Apapun itu, entah dalam bentuk materi, pemahaman atau segala hal yang bersifat informatif. Hehe... Setelah mengumpulkan separuh nyawa yang sudah entah

Tentang do'a

Lek dungo sing serius nduk, nyuwun kalih Gusti Allah sing tenanan. Insyaallah di ijabah... Sejatinya, berdo'a adalah satu-satunya cara kita berkomunikasi dengan Tuhan. Semua do'a pasti sampai pada Tuhan, hanya urusan waktu saja kapan Tuhan mengabulkannya. Dan karena kita tidak pernah tahu, do'a siapa yang terlebih dahulu dikabulkannya, maka seringkali kita meminta pada orang lain, entah itu saudara, orang tua, teman, atau siapa saja yang bisa kita mintai tolong. Tapi, adakah kita menyadarinya? Bahwa semua do'a yang dipanjatkan oleh orang lain akan menjadi kesia-siaan semata, jika kita sendiri justru tidak serius dalam berdo'a? tidak serius  dalam memohon pada Tuhan? tidak serius  menyampaikan apa yang menjadi keinginan kita? Tuhan memenuhi segala kebutuhan kita, tetapi tidak dengan keinginan kita. Karena hanya Tuhan yang paling mengetahui kapan keinginan kita harus terwujud. *Bandung, kala saya harus introspeksi diri.

Sekedar Unyek-unyek :)

Kalo mikir negatif, tiap bisa akses internet dan liat dunia juga segala update teman-teman, rasanya malah minder sendiri. Kok orang-orang, masih muda, seumuran gw, udah bisa gini, udah pernah kesitu, udah dapet ini itu... lah gw? rasanya kok begini-begini aja dan disini-sini aja? Wew, saya tidak pernah punya keberanian untuk menuliskan statement seperti ini di jejaring sosial manapun, pun tidak di blog ini. Padahal, pemikiran itu selalu muncul sesering saya berselancar ria di dunia maya. Hanya saja, pemikiran itu acapkali muncul ketika saya sedang down , entah sedang futur, atau ketika mood saya sedang tidak ada bagus-bagusnya. Well , ketika salah seorang teman SMA saya memposting status demikian, akhirnya saya punya keberanian juga untuk menuliskannya disini. Tidak munafik, memang benar, rasanya ingin menangis, rasanya ada yang menyesakkan dada setiap kali mengetahui fakta seperti itu. Dia, sudah jadi ini, dia, sudah jadi itu. Sementara saya? Astaghfirullah , beruntungnya saya,