Apa yang perlu dirayakan dari sebuah usia, Sayang?.
Kecuali rasa syukur tentang engkau yang tetap mencintaiku. -Anis Manshur
Tidak seperti tahun-tahun sebelumya, tahun ini saya sengaja me-nonaktifkan publikasi tanggal lahir saya di salah satu jejaring sosial saya. Tidak ada alasan yang pasti mengapa saya memutuskan untuk bersikap demikian.
Bukan karena saya malas membaca untuk kemudian me-reply satu persatu atau paling tidak memberikan sekedar jempol di tiap postingan 'happy birthday', 'hbd, wyatb', atau semacamnya yang memenuhi-maaf- wall saya, sungguh bukan. Saya sangat mengapresiasi mereka yang sudah meluangkan waktu untuk mengetik sekedar satu-dua patah kata memberikan ucapan pada mereka yang sedang berulang tahun. Bagi saya itu adalah salah satu bentuk perhatian yang sangat besar. Walaupun saya pribadi, kadang sering memberi ucapan selamat ulang tahun hanya sekedar basa-basi. Tapi jujur, doa yang saya tuliskan untuk mereka adalah benar adanya. Karena saya menggigit kuat-kuat prinsip bahwa sejatinya doa yang baik akan selalu kembali pada mereka yang mendoakan.
Saya hanya ingin mendapatkan ucapan yang diberikan bukan karena ada notifikasi di jejaring sosial, mungkin itu alasan yang paling masuk akal yang bisa saya berikan.
Lepas tengah malam pergantian hari tadi, ada 3 sms masuk di inbox handphone saya, dari sahabat semasa kuliah saya di Jogja, dan salah satunya dari adik saya di Malang. Di perjalanan saya berangkat menuju kantor, salah satu sahabat kuliah saya lainnya juga mengirimkan pesan ucapan, kemudian sahabat semasa SMA saya di Bandung menyusul.
Ah, ketika membaca pesan dari mereka, air mata saya menetes. Sungguh, saya amat bersyukur memiliki mereka yang masih tetap mencintai saya. Jarak tidak membuat mereka lupa akan saya.
Tidak ada acara perayaan ulang tahun, tidak ada kue ulang tahun, tidak ada ucapan beruntun di wall, tapi sungguh saya teramat bahagia. Ulang tahun yang teramat sederhana.
Ah ya, kalian tahu, Tak perlu ada notifikasi dari siapapun (atau apapun), ketika sesuatu itu sungguh 'cukup' berarti bagi kalian, maka hati kalian akan secara otomatis meresonansi ingatan kalian tentang 'sesuatu' itu, percayalah :)
Teman yang baik, yang tidak sekadar menjadi teman, ada di saat susah, tapi juga saling mengingatkan dalam kebaikan, berani meluruskan jika kita melakukan khilaf adalah salah satu harta paling berharga di dunia.Jika kita tdk memilikinya, maka mulailah dengan menjadi teman seperti itu ke siapa saja, maka semoga mekanisme ini akan bekerja dgn mengagumkan. Tere Liye.
Komentar
Posting Komentar